Layaknya virus penyebab flu dan batuk, virus Corona dapat menyebar melalui udara sehingga penularannya bisa terjadi dengan cepat. Penyebaran virus ini umumnya terjadi di lingkungan padat orang, seperti pasar, mal, bandara, termasuk di sekolah. Lingkungan sekolah bisa menjadi lokasi potensial penyebaran beragam virus, baik flu, batuk, cacar air, termasuk virus Corona. Walau begitu, kepanikan bukanlah jalan keluar untuk "melawan" virus ini, melainkan melalui langkah-langkah pencegahan dan penanganan tepat. Hal tersebut disampaikan oleh Pulmonologist Siloam Hospital Yogyakarta Paulus Wisnu Kuncoromurti. Menurut dokter yang akrab disapa Wisnu ini, virus Corona bisa dicegah dan disembuhkan bila setiap orang, khususnya guru dan orangtua, melakukan langkah-langkah tepat dalam menghadapi serangan virus ini. Berikut langkah pencegahan penularan virus Corona di lingkungan sekolah, tempat les dan lokasi keramaian yang kerap didatangi oleh anak.
1. CTPS Sederhana, namun inilah langkah pencegahan yang utama dalam menangkal penyebaran beragam virus, termasuk virus Corona, yakni Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Guru dan orangtua harus membiasakan anak-anak untuk mencuci tangan saat: Akan memulai pelajaran di kelas. Saat akan makan. Usai ke kamar mandi. Usai bermain dan berkegiatan. Saat tiba di rumah sepulang sekolah. "Termasuk cuci tangan setelah menyentuh hewan peliharaan atau produk yang berkaitan dengan hewan. Baiknya hindari kontak dengan hewan liar, hindari kontak dengan sampah atau cairan kotor, apabila terpaksa kontak sebaiknya memakai sarung tangan," saran Wisnu. Untuk itu, pihak sekolah maupun orangtua perlu menyediakan tempat cuci tangan yang layak, yaitu memiliki akses air bersih dan sabun. Bila memungkinkan sediakan hand sanitizer, tisu basah, tisu kering dan tempat sampah untuk membuangnya.
2. Aktifkan ruang UKS Gejala awal virus Corona tidak spesifik bahkan tidak ada perbedaan dengan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti batuk dan pilek, ujar Wisnu. Bisa berupa demam, batuk, sesak nafas, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, lemas, sakit kepala, dan nyeri otot. Untuk itu, guru dan orangtua disarankan untuk tidak salah prosedur seperti percaya pada cara-cara pencegahan dan penanganan di media sosial yang tak jelas sumbernya. Langkah tepat ialah mengajak anak yang alami demam, lemas, pucat untuk segera cek suhu di ruang unit kesehatan siswa (UKS) dan orangtua perlu melanjutkan untuk periksa ke dokter. Apapun penyakitnya, penanganan yang cepat dan tepat akan mencegah penyakit bertambah parah.
3. Disinfektan ruang kelas Membersihkan ruang kelas dengan disinfektan secara rutin perlu dilakukan oleh pihak sekolah mengingat ruang kelas umumnya tertutup dan menjadi ruang potensial penyebaran virus. Tak hanya ruang kelas, namun meja, buku-buku, dan mainan yang sering disentuh banyak orang baiknya juga dibersihkan secara rutin untuk mengurangi berkembangbiaknya virus maupun bakteri. Dalam hal ini, orangtua bersama dengan guru bisa bekerja sama dalam menjaga kebersihan di lingkungan sekolah. Baca juga: Senin Masuk Sekolah, Waspada Dua Penyakit Ini bila Anak Main Banjir
4. Ajak anak gunakan masker dengan benar "Masker merupakan komponen penting dalam mencegah penularan virus Corona, karena virus tersebut di tularkan lewat udara, pemakaian masker bisa mengurangi penularan sampai tingkat keberhasilan 80 persen," kata Wisnu. Wisnu menerangkan bahwa masker yang dipakai bisa berupa masker bedah dan tidak harus masker N95. Sebab masker N95 umumnya lebih mahal dan bisa membuat anak merasa tidak nyaman. "Untuk pemakaian masker bedah seperti yang berwarna biru-putih, maka warna putih berada di dalam, warna biru di luar, ini yang sering terbalik pada masyarakat. Dan jangan lupa mengganti masker sesering mungkin," imbuhnya.
5. Ajari anak etika saat sakit Selain melakukan pencegahan, baiknya orangtua dan guru juga memberi pemahaman pada anak tentang etika saat sedang sakit agar tidak menularkan virus pada teman-temannya. Caranya, ajak anak yang sedang sakit batuk dan pilek untuk mengenakan masker. Minta anak untuk menggunakan tisu saat bersin dan batuk, lalu membuangnya di tempat sampah. Tak lupa, minta mereka untuk sering-sering mencuci tangan, hidung maupun mulut. "Hindari dahulu bepergian jika sakit atau bepergian ke tempat yang sedang terdapat wabah penyakit, selalu gunakan masker jika kita sakit flu," imbuh Wisnu. Bila memungkinkan, ganti kontak fisik seperti salaman dengan ucapan salam untuk mengurangi risiko penyebaran.
6. Bekal dari rumah Virus bisa menyebar melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya terkena bersin atau tersentuh tangan orang yang sedang sakit. Untuk itu, ada baiknya bila orangtua membekali anak makanan rumahan yang lebih terjamin kebersihannya. Wisnu menyarankan, olah makanan dengan higienis dan masak hingga matang. Hindari dahulu makanan mentah atau setengah matang demi mengurangi paparan bakteri maupun virus.
7. Bekal sehat imun kuat Menurut Wisnu, ada sejumlah hal yang bisa memengaruhi kecepatan kesembuhan seseorang terhadap virus, yakni kecepatan penanganan pasien, daya tahan tubuh pasien waktu terjangkit virus dan apakah ada penyakit berat yang sedang dialami. Sehingga, selain melakukan langkah pencegahan "eksternal", orangtua juga perlu memastikan anak memiliki daya tahan tubuh yang baik sebagai pencegahan "internal". "Mengonsumsi vitamin dan imun booster bagus, sesuai dengan pola hidup yaitu yaitu vitamin adalah bagian dari pola makan dengan gizi berimbang. Tetapi jangan dilupakan bahwa makanan harus lengkap komponen gizinya yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral," pungkas Wisnu. Untuk itu, pastikan anak-anak tak hanya dibekali makanan yang bersih dan matang, namun juga bergizi seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari dalam.
1.Apakah Coronavirus dan COVID-19 itu?
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
2.Apakah COVID-19 sama seperti SARS?
COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS.
3.Apa saja gejala COVID-19?
Gejala umum berupa demam ≥380C, batuk kering, dan sesak napas. Jika ada orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala tersebut pernah melakukan perjalanan ke negara terjangkit, atau pernah merawat/kontak erat dengan penderita COVID-19, maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut untuk memastikan diagnosisnya. Daftar negara terjangkit dapat dipantau melalui http://infeksiemerging.kemkes.go.id.
4.Seberapa bahayanya COVID-19 ini?
Seperti penyakit pernapasan lainnya, COVID-19 dapat menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari setiap 6 orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap. Walaupun angka kematian penyakit ini masih rendah (sekitar 3%), namun bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung), mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah. Melihat perkembangan hingga saat ini, lebih dari 50% kasus konfirmasi telah dinyatakan membaik, dan angka kesembuhan akan terus meningkat.
5.Bagaimana manusia bisa terinfeksi COVID-19?
Seseorang dapat terinfeksi dari penderita COVID-19. Penyakit ini dapat menyebar melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin. Droplet tersebut kemudian jatuh pada benda di sekitarnya. Kemudian jika ada orang lain menyentuh benda yang sudah terkontaminasi dengan droplet tersebut, lalu orang itu menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah), maka orang itu dapat terinfeksi COVID19. Atau bisa juga seseorang terinfeksi COVID-19 ketika tanpa sengaja menghirup droplet dari penderita. Inilah sebabnya mengapa kita penting untuk menjaga jarak hingga kurang lebih satu meter dari orang yang sakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan sumber virus, jenis paparan, dan cara penularannya. Tetap pantau sumber informasi yang akurat dan resmi mengenai perkembangan penyakit ini.
6.Apakah COVID-19 dapat ditularkan dari orang yang tidak bergejala sakit?
Cara penularan utama penyakit ini adalah melalui tetesan kecil (droplet) yang dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin. Saat ini WHO menilai bahwa risiko penularan dari seseorang yang tidak bergejala COVID19 sama sekali sangat kecil kemungkinannya. Namun, banyak orang yang teridentifikasi COVID-19 hanya mengalami gejala ringan seperti batuk ringan, atau tidak mengeluh sakit, yang mungkin terjadi pada tahap awal penyakit. Sampai saat ini, para ahli masih terus melakukan penyelidikan untuk menentukan periode penularan atau masa inkubasi COVID-19. Tetap pantau sumber informasi yang akurat dan resmi mengenai perkembangan penyakit ini.
7.Apakah virus penyebab COVID-19 dapat ditularkan melalui udara?
Tidak. Hingga saat ini penelitian menyebutkan bahwa virus penyebab COVID-19 ditularkan melalui kontak dengan tetesan kecil (droplet) dari saluran pernapasan.
8.Bisakah manusia terinfeksi COVID-19 dari hewan?
COVID-19 disebabkan oleh salah satu jenis virus dari keluarga besar Coronavirus, yang umumnya ditemukan pada hewan. Sampai saat ini sumber hewan penular COVID-19 belum diketahui, para ahli terus menyelidiki berbagai kemungkinan jenis hewan penularnya.
9.Bisakah hewan peliharaan menyebarkan COVID-19?
Saat ini, belum ditemukan bukti bahwa hewan peliharaan seperti anjing atau kucing dapat terinfeksi virus COVID-19. Namun, akan jauh lebih baik untuk selalu mencuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan hewan peliharaan. Kebiasaan ini dapat melindungi Anda terhadap berbagai bakteri umum seperti E.coli dan Salmonella yang dapat berpindah antara hewan peliharaan dan manusia.
10.Berapa lama virus ini bertahan di permukaan benda?
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti berapa lama COVID-19 mampu bertahan di permukaan suatu benda, meskipun studi awal menunjukkan bahwa COVID-19 dapat bertahan hingga beberapa jam, tergantung jenis permukaan, suhu, atau kelembaban lingkungan. Namun disinfektan sederhana dapat membunuh virus tersebut sehingga tidak mungkin menginfeksi orang lagi. Dan membiasakan cuci tangan dengan air dan sabun, atau hand-rub berbasis alkohol, serta hindari menyentuh mata, mulut atau hidung (segitiga wajah) lebih efektif melindungi diri Anda.
11.Apakah sudah ada vaksin untuk COVID-19?
Vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19 sedang dalam tahap pengembangan/uji coba.
12.Apakah antibiotik efektif dalam mencegah dan mengobati COVID-19?
Tidak, antibiotik hanya bekerja untuk melawan bakteri, bukan virus. Oleh karena COVID-19 disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak bisa digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan. Namun, jika Anda dirawat di rumah sakit dan didiagnosis COVID-19, Anda mungkin akan diberikan antibiotik, karena seringkali terjadi infeksi sekunder yang disebabkan bakteri.
13.Siapa saja yang berisiko terinfeksi COVID-19?
Orang yang tinggal atau bepergian di daerah di mana virus COVID-19 bersirkulasi sangat mungkin berisiko terinfeksi. Mereka yang terinfeksi adalah orang-orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala melakukan perjalanan dari negara terjangkit, atau yang kontak erat, seperti anggota keluarga, rekan kerja atau tenaga medis yang merawat pasien sebelum mereka tahu pasien tersebut terinfeksi COVID-19. Petugas kesehatan yang merawat pasien yang terinfeksi COVID-19 berisiko lebih tinggi dan harus konsisten melindungi diri mereka sendiri dengan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat.
14.Manakah yang lebih rentan terinfeksi coronavirus, apakah orang yang lebih tua, atau orang yang lebih muda?
Tidak ada batasan usia orang-orang dapat terinfeksi oleh coronavirus ini (COVID-19). Namun orang yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung, atau tekanan darah tinggi) tampaknya lebih rentan untuk menderita sakit parah.
15.Bagaimana membedakan antara sakit akibat infeksi COVID-19, dengan influenza biasa?
Orang yang terinfeksi COVID-19 dan influenza akan mengalami gejala infeksi saluran pernafasan yang sama, seperti demam, batuk dan pilek. Walaupun gejalanya sama, tapi penyebab virusnya berbeda-beda, sehingga kita sulit mengidentifikasi masing-masing penyakit tersebut. Pemeriksaan medis yang akurat disertai rujukan pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk mengonfirmasi apakah seseorang terinfeksi COVID-19. Bagi setiap orang yang menderita demam, batuk, dan sulit bernapas sangat direkomendasikan untuk segera mencari pengobatan, dan memberitahukan petugas kesehatan jika mereka telah melakukan perjalanan dari wilayah terjangkit dalam 14 hari sebelum muncul gejala, atau jika mereka telah melakukan kontak erat dengan seseorang yang sedang menderita gejala infeksi saluran pernafasan.
16. Berapa lama waktu yang diperlukan sejak tertular/terinfeksi hingga muncul gejala penyakit infeksi COVID-19?
Waktu yang diperlukan sejak tertular/terinfeksi hingga muncul gejala disebut masa inkubasi. Saat ini masa inkubasi COVID-19 diperkirakan antara 1-14 hari, dan perkiraan ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai perkembangan kasus.
17. Amankah jika kita menerima paket barang dari Cina atau negara lain yang melaporkan virus ini?
Ya, aman. Orang yang menerima paket tidak berisiko tertular virus COVID19. Dari pengalaman dengan coronavirus lain, kita tahu bahwa jenis virus ini tidak bertahan lama pada benda mati, seperti surat atau paket.
18.Apakah sudah ada pembatasan untuk bepergian ke Cina dan negara terjangkit lainnya?
Sejak 5 Februari 2020, Indonesia telah memberlakukan pembatasan perjalanan ke Cina berupa penghentian sementara penerbangan dari dan ke Cina. Pada tanggal 5 Maret 2020, Indonesia juga memberlakukan pelarangan transit atau masuk ke Indonesia bagi pelaku perjalanan yang dalam 14 hari sebelumnya datang dari wilayah berikut: • Iran : Tehran, Qom, Gilan • Italia : Wilayah Lombardi, Veneto, Emilia Romagna, Marche dan Piedmont • Korea Selatan : Kota Daegu dan Propinsi Gyeongsangbuk-do.
19.Berapa banyak orang yang telah terinfeksi oleh COVID-19 dan negara mana saja yang sudah ada kasusnya?
WHO secara ketat memantau situasi terkini dan secara teratur menerbitkan informasi tentang penyakit ini. Informasi lebih lanjut mengenai penyakit ini dapat dilihat melalui: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 atau http://infeksiemerging.kemkes.go.id/category/situasi-infeksiemerging/info-corona-virus/
20.Bagaimana cara mencegah penularan virus corona?
21.Apakah saya harus selalu menggunakan masker?
Pemakaian masker hanya bagi orang yang memiliki gejala infeksi pernapasan (batuk atau bersin), mencurigai infeksi COVID-19 dengan gejala ringan, mereka yang merawat orang yang bergejala seperti demam dan batuk, dan para petugas kesehatan. Cara yang paling efektif untuk melindungi diri dan orang lain dari penularan COVID-19 adalah mencuci tangan secara teratur, tutup mulut saat batuk dengan lipatan siku atau tisu, dan jaga jarak minimal satu meter dari orang yang bersin atau batuk.
22.Haruskah saya khawatir terhadap penyakit COVID-19 ini?
Jika Anda tidak berada di wilayah terjangkit COVID-19, atau jika Anda tidak melakukan perjalanan dari salah satu wilayah tersebut, atau tidak melakukan kontak dekat dengan seseorang yang memiliki gejala COVID-19 atau merasa kurang sehat, kecil kemungkinan Anda untuk tertular COVID19. Namun, dapat dimengerti bahwa Anda mungkin merasa stres dan cemas tentang situasi yang terjadi saat ini. Tetaplah tenang dan jangan panik. Carilah informasi yang benar dan akurat tentang perkembangan COVID-19 agar Anda mengetahui situasi wilayah Anda dan Anda dapat mengambil tindakan pencegahan yang wajar. Jika Anda berada di wilayah terjangkit COVID-19, Anda harus serius menghadapi risiko tersebut. Selalu jaga kesehatan dan perhatikan informasi dan saran dari pihak kesehatan yang berwenang.
23.Dalam kondisi sudah ada kasus di Indonesia, apakah aman bagi saya untuk bepergian?
Tentu saja aman, namun tetap memperhatikan kesehatan dan kebersihan diri. Pakailah masker jika Anda kurang sehat atau berada di kerumunan, selalu cuci tangan setelah memegang benda atau berjabat tangan.
24.Saya akan bepergian ke luar negeri untuk sesuatu yang mendesak, apakah saya dapat memperoleh Surat Keterangan Bebas COVID-19? Dimana?
Untuk kondisi saat ini, seseorang belum bisa diberikan surat keterangan bebas COVID-19, karena kita tidak pernah tahu apakah dia pernah kontak dengan orang yang sakit COVID-19.
25.Bagaimana situasi terkini di Indonesia?Apakah sudah ada kasus konfirmasi COVID-19?
Situasi perkembangan penyakit COVID-19 di Indonesia dapat dipantau melalui laman website http://infeksiemerging.kemkes.go.id
26.Dimanakah saya bisa mendapatkan media edukasi dan informasi serta situasi perkembangan COVID-19?
Informasi tentang media KIE atau situasi perkembangan COVID-19, dapat diakses melalui:
© Copyright 2020 SMA Sains Tahfiazh